19.57 akatsuki shippuden
Author: Rukia-Shizu 朽木 Kuchiki Acodeva
theme: Humor/Parody
-Musim dingin di Kediaman Akasuna, jam 7 pagi-
“Onii-chan, bangun!” panggil Matsuri.
“Uungh...” Sasori meringkuk di bawah selimutnya, lalu menutup kedua
telinganya dengan bantal. “Lima jam lagi, gue bangun...” respon Sasori
dengan suara pelan.
“...”
Baiklah, setelah itu, hening beberapa saat—
BRAK!!
“Onii-chan!!” –sampai Matsuri datang sambil mendobrak pintu kamar Sasori.
“Uungh...” Sasori makin meringkuk, males bangun pagi hari di musim dingin ini.
“Cepet bangun dong!” Matsuri—adik tersayang Sasori, menggoyang-goyang tubuh Sasori.
“Bentar lagi, Matsuri-chan...” jawab Sasori. “Onii-chan masih ngantuk...”
“Hah...” Matsuri menghela nafas. “Siapa suruh kemaren Onii-chan nonton
‘Pinocchio’ sama ‘Power Rangers’ sampe jam 3 pagi?” tanyanya agak kesal.
“Bangun dong! Nanti Onii-chan jamuran loh!”
“Lu kate ini musim
hujan apa?” balas Sasori tanpa menoleh. “Pokoknya Onii-chan pasti
bangun 5 jam lagi, titik! Gak pake koma, gak pake titik-koma!”
“...” habis sudah kesabaran Matsuri meladeni kakaknya yang pemalas ini.
“Bangun!!” teriaknya kesal. Dia pun menarik selimut Sasori secara
paksa—mengakibatkan cowok berambut merah tersebut terjatuh dari kasurnya
dan mencium lantai secara mulus.
“Aduh...” rintih Sasori.
“Kamu kenapa sih, Matsuri-chan?” tanyanya sembari mengelus-ngelus
hidungnya. “Nggak biasanya kamu kaya’ gini...”
“Hah...” Matsuri
menghela nafas lagi. Sepertinya Sasori bener-bener lupa kalo dia ada
janji sama Akatsuki. Dia pasti ketularan pikunnya Pein. “Onii-chan
bener-bener nggak inget?” tanya Matsuri.
Sasori menggelengkan kepalanya dengan inosen.
“Hah...” Matsuri menundukkan kepalanya sebentar. “Kemarin ‘kan
Onii-chan bilang kalo besok mau ketemuan sama Akatsuki.” jawab Matsuri
sembari merapikan selimut merah Sasori.
“Ha?” Sasori sedang memproses apa yang dikatakan Matsuri tadi.
Mari kita hitung. 2 detik...
3 detik...
5 detik....
1 menit...
“Oh iya!” Sasori meninjukan kepalan tangannya ke tangannya yang satu
lagi. “Aargh! Kenapa gue lupa!?” Sasori langsung panik. Dia pun
buru-buru membuka lemari bajunya dan mengambil sweater berwarna teal.
Lalu berlari keluar kamarnya, menuruni tangga sampai terjatuh, mengambil
sepotong roti panggang di atas piring, dan mengunyahnya sambil memakai
sweaternya.
“Itekimasu, Matsuri-chan!” pamit Sasori.
“Ah! Onii-chan, sepatu—” Matsuri baru saja mau memberi tahu Sasori kalo
Sasori masih memakai selop. Tapi Sasori udah terlanjur pergi, yasud
lah...
.
“...” muka Sasori memerah, antara menahan marah dan malu. “Diam!” bentaknya pada Akatsuki.
“Gyahaha!! Sasori keluar rumah pake selop!! Gyahaha!!” tawa Hidan
sambil memegangi perutnya. “Lebih parah dari Dei-chan yang pake gaun!!
Gyahaha!!”
Sang Jashinist pun mendapat jitakan dari kedua nama yang disebutkan di atas tadi.
“Lagian juga, kenapa kalian nggak bangunin gue, hah!?” tanya Sasori emosi.
“Kami udah telpon lu kale~” jawab Pein.
“Sampe berkali-kali malah.” timpal Konan.
“Hoh?” Sasori pun merogoh kantong celana tidurnya untuk mengambil
BB-nya. Dan di layarnya, terlihat jelas ada 20 missed-calls. “Hah!?”
pupil mata Sasori seakan membulat ala ‘anime-style’.
“Ngerti?” tanya Pein.
“...” Sasori mengangguk dengan wajah yang masih syok.
“Udah deh, sekarang lu tunggu di di sini dulu.” sahut Zetsu. “Kami lagi
terlalu sibuk buat ngeladenin lu.” timpal Zeri, kembarannya.
“Loh? Kalo gitu buat apa kalian manggil gue!?” tanya Sasori nggak
terima. Ya jelas lah, udah disuruh bangun pagi-pagi, tau-tau malah
diusir. Gimana nggak kesel?
“Sebenernya kalian mau apa sih!? Gue udah dateng, malah diusir!”
“Rahasia, un!” jawab Dei sambil meletakkan jari telunjuknya di depan
bibirnya, membuatnya terlihat semakin mirip cewek. Haruno Sakura saja
kalah manisnya.
“...” Sasori langsung ilfeel. “Kaya’nya emang lebih baik kalo gue pulang lagi ya...” ia pun membalikkan tubuhnya.
“Eh!? Ja-jangan begitu, Sasori!” cegah Kisame.
“Pokoknya lu harus tetap di sini!” kata Kakuzu.
“Nggak boleh ke mana-mana!” timpal Pein.
“Nggak boleh bergerak!” timpal Hidan.
“Nggak boleh bernafas!” timpal Tobi inosen.
BLETAK!!
Tobi pun mendapat jitakan dari Sasori.
“Gila lu! Kalo gue nggak nafas, gue bisa mati, Dodol!” protesnya.
“Huwee~ Tachi-chan, Saso-kun senpai ja’at!” tangis Tobi layaknya cewek yang baru diputusin pacarnya.
“...” Itachi mengelus-elus kepala Tobi.
“Intinya, Danna di sini dulu, un!” ujar Dei. “Kami mau masuk ke dalam dulu, un!”
Akatsuki pun masuk ke dalam sebuah bangunan butut—markas Akatsuki, meninggalkan Sasori sendirian di luar.
BLAM!
“Dasar nggak setia kawan! Dasar ketua sialan!” rutuk Sasori sambil menendang sebuah batu kecil.
Klek!
Pintu bangunan itu dibuka Pein tiba-tiba.
“Tadi lu bilang apa, Sasori?” tanya Pein tersenyum ‘manis’.
Sasori memucat dan merinding seketika. “Ng-nggak! Bu-bukan apa-apa!” jawabnya bohong sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Oh...” respon Pein, masih tersenyum. “Baiklah... Tapi kalo gue denger
lu ngomong soal gituan sekali lagi...” Pein menutup pintu perlahan.
“Nyawa lu bakal berada di tangan gue!” lanjutnya dengan tatapan membunuh
kepada Sasori.
BLAM!
‘Gi-gila...’ batin Sasori. ‘Ka-kalo aja tadi gue nggak bohong, gue pasti udah ko’it!’
.
“Hoaahm...” Sasori menguap. “Sebenernya mereka ngapain sih? Lama
banget!” gerutu Sasori kesal. “Mana gue nggak suka nunggu lagi!”
“Meong...” seekor kucing hitam lewat di depan Sasori.
“Hn? Kucing hitam?”
“Meong...” kucing itu seakan sedang senyam-senyum kepada Sasori.
“Apa?” tanya Sasori pada kucing itu.
Gila... Daripada nggak ada kerjaan, lebih baik ngomong sama kucing...
“Meong...” respon kucing itu.
“Kenapa gue di sini? Gue diusir temen-temen gue. Makanya gue di sini.” jawab Sasori sambil memandang kucing itu. “Puas lu?”
“Meong?” tanyanya lagi.
“Jadi kucing banyak nanya lu...” protes Sasori. “Pergi sana! Hush hush!” usir Sasori seraya mengibas-ngibaskan tangannya.
“Meong!” tentu saja si kucing nggak terima.
“Apa’an sih lu!? Ngajak berantem!?” tantang Sasori.
“Meong!” kucing itu menegakkan bulu-bulunya, pertanda dia nerima tantangan Sasori.
Sasori pun berjongkok untuk meladeni kucing itu. “Heh! Jadi kucing nggak usah sok deh!” ejeknya.
“Meong!”
Tentu saja orang-orang yang lewat di sekitar situ langsung pada swt.
“Ih, cakep-cakep kok malah gila sih?”
“Tau nih. Pasti dia MKTB (Masa Kecil Tidak Bahagia)...”
“Ck ck ck... Kasian banget dia...”
“Matsuri-chan, dia abang lu ‘kan?” tanya Sari yang sedang berjalan di
sebelah Matsuri seraya menunjuk Sasori yang lagi cakar-cakaran sama si
kucing.
Matsuri melihat ke arah yang ditunjukkan Sari. Seketika
itu juga, Matsuri langsung swt dan menjawab, “Nggak kok! Gue nggak
kenal orang macam dia! Paling cuma kebetulan mirip aja!”
“Eh... Gitu ya?” tanya Sari.
“Hm! Udahlah, Sari-chan! Ayo, cepat. Temari-senpai pasti lagi nunggu kita!”
“Iya!”
Mereka pun pergi meninggalkan Sasori yang sekarang lagi jambak-jambakan sama si kucing.
.
“Rasakan ini! Sasori kick!” seru Sasori norak sembari mengarahkan tendangannya ke arah kucing itu.
“Meong!” kucing itu melompat.
“Eeekh!?”
DUAAGH!!
Alhasil, tendangan Sasori bukannya mengenai si kucing, tapi malah mengenai tiang listrik.
“Gyaaa!!” jerit Sasori kesakitan, suaranya terdengar sangat memilukan.
“Sakit! Kaki gue sakit!!” Sasori meloncat kesakitan sambil memegangi
kaki kanannya.
“Meong!” kucing itu tertawa, seakan menertawakan kemenangannya dan kekalahan Sasori.
“Kucing sialan!” bentak Sasori stres.
-Sementara itu, di dalam markas-
Akatsuki lainnya swt.
Kenapa? Karena mereka—yang udah selesai bekerja, menonton pertarungan
Sasori VS Kucing. Melihat betapa nista dan GaJe-nya pertarungan
tersebut, tentu saja mereka langsung swt.
“Sasori no Danna...
un....” Dei langsung menundukkan kepalanya dan menangis depresi plus
kecewa. Sementara Tobi Si Anak Baik sibuk menghibur Dei.
“...” muka Itachi memerah, menahan tawanya.
“Rekam, trus masukin yutub...” gumam Kakuzu sambil mengambil handycam-nya.
“Ayo, Kuzu! Rekam!” dukung Zetsu dengan semangat Perang Aceh. “Gue
nggak tanggung kalo nanti Sasori marah-marah...” timpal Zeri.
“Yare-yare... Sasori-kun kesurupan apa sih?” tanya Konan seraya memegangi kepalanya.
“Nyesel gue ngajak Sasori gabung Akatsuki...” ujar Pein.
“Menurut kamu gimana?” Kisame curhat sama ikan peliharaannya tentang ke-nista-an Sasori.
“Deidei...” panggil Pein.
“Un?” tanya Dei yang masih nangis darah.
“Suruh Sasori masuk, gih. Kasian gue ngeliatnya...” perintah Pein.
“Nggak mau, un... Dia bukan Sasori no Danna, un...” tolak Dei.
“Hah...” Pein menghela nafas. “Itachi.”
“Hn,” respon Itachi. Dia pun berjalan menuju pintu dan membukanya.
Klek...
“Sasori.”
“Apa!?” tanya Sasori dengan nada agak tinggi. Di ujung matanya tampak setetes air mata. Mukanya juga agak merah.
“Habis nangis?” tanya Itachi tanpa basa-basi. “Dasar cengeng.”
Spontan saja, Sasori langsung membuang mukanya dari hadapan Itachi.
“...” Itachi berdiam diri memandangi betapa childish-nya Sasori.
“Kaya’nya lu nggak mau masuk ya. Padahal baru aja Leader-sama suruh
masuk. Ya udah...” katanya datar sembari membalikkan tubuhnya ke arah
markas.
“Eh!? Matte!” seru Sasori. “Gue mau masuk!”
“Hn.” Itachi tersenyum kecil.
Ternyata, kalimat datar Itachi jauh lebih ampuh daripada rayuan gombal Dei.
--
BYUURSH!!
“Otanjobi omedetou, Sasori!” seru Akatsuki –minus Sasori dan Itachi-
saat Sasori memasuki markas. Mereka menyiram sebuah cairan lengket nan
aneh kepada Sasori.
“Huwaa!?” Sasori memucat syok. “I-Itachi, lu nggak apa-apa?” tanyanya khawatir.
‘Eh? Itachi?’ pikir yang lainnya bingung. Mulai bad-feeling nih...
Mereka pun melihat ke Sasori. Dan Sasori sendiri masih kinclong tanpa noda. Lalu mereka menoleh perlahan ke Itachi.
“...”
“Hugyaaa!?”
Mata Itachi penuh nafsu membunuh. Rambut dan tubuhnya jadi lengket gara-gara terkena siraman cairan aneh tadi. Kesimpulannya...
“Kalian salah siram, Baka!!” bentak Itachi.
“Go-gomen...” mereka pun langsung bersujud minta maaf ke Itachi.
“Kalian—”
“Ne? Mana Tobi?” tanya Sasori.
“Eh?” yang lainnya langsung menghentikan kegiatan masing-masing.
“Bener juga. Tadi nggak kedengaran suara cemprengnya...” gumam Kisame.
“Nyasar kali.” jawab Zetsu. “Nggak mungkin dia nyasar di tempat sempit ini, Baka!” ujar Zeri.
“Padahal terakhir kali dia lagi ngelus-ngelus gue kok, un...” kata Dei sambil mengacungkan jari telunjuknya.
“Ekh!?” Hidan syok. “Nggak ada yang boleh ngelus-ngelus Dei-chan-ku!” serunya sembari memeluk Dei.
DUAGH!
“Kalo gitu, nggak ada yang boleh meluk gue, un!” omel Dei yang baru saja menggebuk Hidan.
“Saso-kun... senpai!!”
DRAP DRAP DRAP
Bersamaan dengan teriakan cempreng itu, terdengar juga suara langkah
kaki yang sedang berlari. Dan menampakkan Tobi yang sedang berlari
menuju Akatsuki sambil membawa sebuah ember.
BYUURSH!!
Tobi menyiram Akatsuki dengan inosen-nya. Niatnya pingin nyirem Sasori, tapi karena terlalu semangat, yah gitu deh...
“Gyaaa!! Dingin!!” jerit Akasuki menggigil kedinginan. Rupanya yang
Tobi gunakan adalah air es dari Danau Konoha yang suhunya bisa mencapai
-4 derajat celcius.
-Esok harinya, Kediaman Akasuna (lagi)-
“Onii-chan cari mati apa?” tanya Matsuri. “Udah tau ini musim dingin, tapi masih aja main air!”
“Gomen...” respon Sasori dengan suara serak, demam. “Kemarin Onii-chan nggak segaja kecebur got...”
Matsuri swt. “Emang Onii-chan main di mana sih?”
“Di Mall Konoha,” jawab Sasori sembari menyeruput sup telur buatan Matsuri.
Matsuri makin swt. “Udah deh, aku mau pergi dulu. Ada janji sama
Sakura-san.” ujar Matsuri seraya berjalan keluar dari kamar Sasori.
“Itekimasu!”
“Hn,” respon Sasori. Begitu Matsuri pergi, Sasori
langsung mengambil BB-nya yang berada di bawah bantalnya. Dia langsung
membuka FaceBook. Dan muncul komentar teman-temannya.
percakapan di FB:
Bakuhatsu Deidara: TOBII!! TUNGGU AJA PEMBALASAN GUE NANTI, UN!!
Hidan Keren: Tobi sialan!! Tanggung jawab lu!!
Konan sedang origami: ...
Pein si playboy: Lama-lama gue pecat juga tuh Si Tobi!
Zetsu Zeri VFT: Gue nggak mau ikutan acara ginian lagi! Kapok gue!
Kakuzu Pecinta Uang: Tobi, tanggung jawab lu!
Itachi benci Tobi: Tobi anak jahat... Tobi anak bego... Tobi anak nakal...
Kisame sedang demam: Tobi, awas aja lu nanti!!
Tobi Anak Baik: Hiks... Apa salah Tobi? TTxTT
“Haha...” Sasori tertawa kecil melihat komentar teman-temannya itu.
Dare datte shippai wa tsuru nda
Ada panggilan masuk di BB miliknya.
Kakuzu
Hazukashii koto jana—
Sasori pun menerimanya.
“Moshi-moshi?”
“Oi, Sasori. Buka YouTube deh.”
“Ha?”
“Udah, buka aja!”
Pip!
Pembicaraan terputus.
Karena heran, Sasori pun langsung menyalakan komputer-nya dan ke YouTube.
“Nani!?”
Sasori langsung berteriak sekencang mungkin dengan toa saat melihat
video berjudul ‘Akasuna Sasori VS Kucing’. Dan benar saja, itu video
yang dimaksud Kakuzu kemaren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar