Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, typo(s), berantakan, mending jangan dibaca.
Bagi yang tetep mau baca,
semoga terhibur!
.
.
Perseteruan Israel-Hamas di jalur Gaza bukan lagi suatu berita yang
tabu bagi kita. Betapa tidak, beritanya pun sampai saat ini masih kita
temukan di media massa dan search engine, masih dibahas oleh para
kritikus internasional, dan kadang menjadi topik dalam diskusi mahasiswa
dengan tema yang terkait. Sudah ribuan warga Palestina yang tak
berdosa, gugur akibat bengisnya serangan tentara Israel.
Tapi,
apa jadinya kalau Israel, dengan tanpa tedeng aling-aling ada Limbad
makan beling, justru menyerang Konoha desa tercinta kita?
Dafuq is this shit?! Apa urusan lo sama Konoha sih?!
Rasanya pengen narik gemes hidung-hidung mereka terus selipin deh petasan korek ke lubangnya. Duarr. Selesai.
Oh, tapi tenang, pemirsa. Selama Akatsuki masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, maka semua akan beres seberes-beresnya.
.
(9-.-)9
.
Dalam tiga hari terakhir, seluruh penghuni desa Konoha dihantui
bayang-bayang kematian. Israel yang entah kenapa tiba-tiba datang
menginvasi desa yang sama sekali tak ada hubungan apa-apa dengan mereka.
HTS-an aja nggak pernah, apalagi pacaran. Ibaratnya kayak kamu yang
nggak pernah menjalin hubungan apapun sama orang yang kamu taksir, kamu
juga nggak pernah ngungkapin perasaan kamu ke dia, lalu kamu lihat dia
lagi jalan berdua sama orang lain, lalu tanpa memastikan orang lain itu
cewek atau cowok, saudaranya apa bukan, lalu kamu menghadang dia, dan
tanpa ba-bi-bu, kamu bantai dia pake AK-47!
Gila! Apa banget kan?!
Oke, bagi kamu yang mendadak galau silakan lambaikan tangan ke kamera di pojok sana.
.
Tapi ya udahlah. Nggak perlu terlalu dipikirin apa alasan mereka. Yang
terpenting sekarang adalah: Konoha sedang di ambang kehancuran!
.
(9-.-)9
.
Dentuman bom dan rentetan bunyi tembakan terdengar di mana-mana. Dari
warga sipil, pejabat, militan dan anggota militer Konoha, semua bekerja
bahu-membahu melancarkan serangan balik atas invasi Israel yang membabi
buta. Tak terkecuali mereka, para personel Akatsuki yang memang
tergabung ke dalam Satuan Militer Konoha.
Pein, Konan, Itachi,
Kisame, Sasori, Hidan, Kakuzu, Tobi, Deidara.., telah berpakaian loreng
khas tentara militer lengkap dengan helm baja, goggle (kacamata
pelindung), bulletproof vest (rompi anti peluru), kneepad (pelindung
lutut), elbow pad (pelindung siku), sepatu boot, dan sarung tangan
tebal. Mereka memegang senjata masing-masing, siap menggempur pasukan
Israel. Oh sori, minus Deidara. Doi disandera oleh tentara Israel yang
menyusup ke markas ketika doi lagi mandi. Mereka pikir dia cewek blonde.
Sekitar 971 orang tewas, dari 165 juta penduduk di Konoha. Mampukah
Akatsuki mengembalikan kedamaian desa seperti sediakala? Bagaimana cara
mereka membebaskan kembali Deidara dalam kondisi utuh dan bernyawa?
(9-.-)9
DHUAAAARRRRRR…
Sebuah pesawat jet tempur milik Israel menjatuhkan bom lagi ke daerah
pemukiman. Orang-orang berlarian kesana kemari mencari perlindungan.
Bersembunyi di terowongan, di semak-semak, dan di bunker-bunker yang ada
di sisi jalan. Mereka yang konsisten menjaga jam tidurnya tetap 8 jam
meski hidupnya sedang terancam, pasti mati duluan sebelum sempat sadar
dan kabur dari ledakan.
.
Kakuzu yang saat itu tak
jauh dari sumber ledakan, terkena percikan bom tersebut yang
mengakibatkan salah satu jantungnya hancur. Padahal saat itu doi lagi
jongkok di balik tembok sambil membidik, tapi dia nggak liat kalau ada
pesawat seliweran sambil ngejatuhin bom (mungkin karena kupingnya
ketutup kudungan). Ia pun terkapar pingsan.
Melihat sahabatnya
sekarat berlumuran darah, Hidan yang kebetulan lewat sambil lari rempong
karena bom tadi, lekas meminta pertolongan medis melalui walkie
talkie-nya.
"Tolong! Tolong teman saya! Dia hampir matiii," pintanya dengan suara serak-serak mau nangis.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya dua orang tentara medis
datang. Sakura dan Shizune cepat-cepat menggotong seonggok tubuh
bercadar milik Kakuzu yang sedang pingsan dan melarikannya ke tenda
pengobatan.
Saat menuju tenda, Kakuzu siuman. Ia sadar, ia
sedang digotong oleh tentara cewek yang cantik nan belia. Yakin akan
ditangani oleh mereka, doi pun pura-pura masih pingsan sambil
ngebayangin saat dadanya digrepe-grepe nanti.
.
Sampai
di tenda, tubuh Kakuzu dibaringkan di samping korban-korban luka
lainnya. Shizune dan Sakura meninggalkannya untuk menandu korban lain.
Tak lama kemudian, seorang wanita renta mendekati Kakuzu, membuka
pakaian militer yang dikenakannya.
Sadar tubuhnya sedang
disentuh oleh tangan yang tak sesuai harapan (keriput -red), Kakuzu
sedikit membuka sebelah matanya untuk memastikan.
.
"Buset. Neneknya Sasori ngapain ada di seneee?!" pekiknya dalam hati. Ia shocked, lalu pura-pura mati.
(9-.-)9
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! -Ctrek!
Itachi mengokang senapannya lagi setelah berkali-kali mengarahkan
tembakan ke tentara musuh yang mengendap-endap di semak belukar. Namun
bidikannya selalu meleset karena tentara itu menghindar gesit sembari
koprol ke segala arah. Terakhir Itachi liat, dia koprol ke jurang.
"Sialan," keluhnya sambil ikut koprol ke jurang. Ya nggak lah!
Maksudnya, Itachi melupakan sasarannya yang kemungkinan sudah tewas
kepentok batu jurang itu, kemudian berlari ke arah berlawanan memburu
sasaran lain.
(9-.-)9
Di lain tempat, Kisame terlihat
sedang berjalan setengah mengendap mengikuti seorang tentara Israel yang
memasuki area pasar. Melihat toko kembang Yamanaka akan jadi sasaran
tembak oleh tentara tersebut, emosi Kisame memuncak. Sebagai makhluk
berperikeikanan ia bergegas menyelamatkan si empunya toko.
"Neng Ino! Awas leda-AAAAAAAAAAK."
.
Ratattatatatatata! Ratatatatatattataa! Ratatattatatatatatat!
.
Beruntung Kisame datang di saat yang tepat. Meski yang jejeritan tadi
justru Kisame, meski toko kembang Ino telah hancur, nyawa Ino
terselamatkan setelah ditarik tangannya oleh Kisame. Mereka berlari
menunduk menjauh dari lokasi tersebut, dan masuk ke sebuah bunker
terdekat.
.
"Makasih ya, Bang," ucap Ino di sela napasnya yang masih ngos-ngosan, sembari mengikat rambut panjangnya yang terurai lepas.
"Sama-sama, Neng. Neng Ino gapapa kan?" Ngeliat Ino, Kisame meleleh.
Cewek kalo lagi nguncirin rambut itu cantik ya, pikirnya. Wajahnya
serius tapi kalem, tangannya lihai memainkan ikat rambut dan rambutnya
dirapikan dengan tangan satunya lagi. Duh, jadi ngebayangin kan.
Darah pun menetes keluar dari hidung Kisame. Warna kulit mukanya yang biasanya biru berubah jadi pink.
"Gapapa, Bang. Cuma tangan saya agak lecet kena cakar kuku Abang..,"
Ino menjawab seadanya sambil nunjukin pergelangan tangannya yang
terluka. "Eh? Bang Kisa sakit?" tanya Ino dengan ekspresi iba ngeliat
Kisame yang tiba-tiba mimisan dan mukanya jadi kayak ikan busuk (pink
kebiru-biruan).
"Gapapa kok, Neng. Ehehehe…"
.
.
.
Itachi, yang kebetulan melewati area pasar tak sengaja melihat
partnernya, Kisame sedang bersama seorang gadis. Cewek yang
mengingatkannya pada kejadian di masa lalu saat Itachi masih menjadi
tentara rookie.
"Cewek pirang itu." Ia mulai mengingat-ingat.
= Flashback =
Itachi membenci hidupnya.
Setelah membantai orang tuanya sendiri, ia ditinggal pergi adik
satu-satunya, Sasuke yang setengah mati membenci dirinya. Sasuke kabur
ke Uzbekistan bersama Orochimaru untuk sekolah coret-kecantikan-coret
militer di sana.
Tak ada lagi orang tercinta, Itachi merasa hidupnya sudah tidak berarti apa-apa.
Satu-satunya yang kini ia cintai hanya Konoha, dan ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada desa ini.
Hingga suatu ketika di hari berhujan, Itachi terbaring di jalan yang
jarang dilalui orang dengan luka tusuk di perutnya. Luka tusuk yang
meski tidak terlalu fatal, namun menguras daya hidupnya tetes demi
tetes.
Sedang sekarat begitu, terlintas banyak hal random yang
menumpuk di benak Itachi sejak lama. Kemanakah sebenarnya ayam-ayam Adi?
Rumah Jefri yang benar itu di sebelah mana? Apakah saat kita mengenyot
susu Real Good kenyot, kita bisa tiba-tiba terkena hydrocephalus?
Bukan, bukan hal-hal seperti itu yang seharusnya terpikir di saat seperti ini.
Merasakan sakit di perutnya semakin parah, Itachi sadar ia telah menjadi korban iklan.
Ah, menanti ajal tanpa dikelilingi orang-orang tercinta di tempat yang
dingin dan sepi seperti ini, mungkin pantas bagi kematian seorang
pembantai, pikirnya.
.
.
.
"…bertahanlah! Bantuan akan segera datang!"
Suara yang panik dan histeris menyadarkannya. Dan saat Itachi membuka
mata, ia temukan gadis pirang itu, bersimpuh di sisinya sembari menekan
lukanya dengan kain.
Sudah lama sekali, Itachi tak pernah
melihat orang lain tersenyum tulus padanya, apalagi bersedih untuknya.
Namun gadis pirang itu; menangisinya seperti menangisi keluarga sendiri.
=oOo=
"…dia yang nolong gue waktu itu." Itachi tersadar dari lamunannya.
Buru-buru ia lepas rompi anti peluru yang ia kenakan, lalu menghampiri
Kisame dan Ino yang sedang berdiri di samping bunker sambil mengawasi
situasi sekitar.
"Pakai ini ya." Itachi memberikan rompinya pada Ino. "Bahaya banget berkeliaran di luar bunker tanpa vest."
(9-.-)9
"Bekal makanan dari markas masih ada?" tanya Pein pada Konan yang
berdiri agak jauh darinya. Pein-Konan dengan pakaian militer begitu
nampak seperti Alice dan Carlos di Resident Evil Series. Sangar, tapi
hawt gitu.
"Ada. Nih." Konan melempar bungkusan kroket berisi
potongan keju, wortel dan kentang. Pein langsung membuka bungkusan
tersebut dan memakannya, sekalian bungkus-bungkusnya. "Kroket." Itachi
teringat sesuatu.
.
"Nan." Pein duduk sambil memegangi dagunya, berpikir keras.
"Hm?" sahut Konan tanpa menoleh. Doi lagi sibuk sama petasan kertasnya
yang sampe sekarang doi sendiri nggak tahu gunanya apa untuk saat ini,
selain buat ngagetin orang lewat, atau ngusir orang pacaran yang
berdua-duaan saat jam sholat tarawih.
"Kamu inget nggak,
sekitar tiga tahun lalu, waktu Deidara ngeram diri berhari-hari di
bangsal?" tanya Pein, masih megangin dagunya.
"Tiga tahun lalu?
…hmm. Oh! Iya, inget. Emang kenapa?" Konan menjawabnya sambil memilin
kertas petasan menjadi gulungan-gulungan kecil.
"Waktu itu dia
bilang kalo dia lagi ngerakit roket kan, Nan? IYA KAN, NAN?!" Pein
bertanya lagi dengan nada suara yang mulai gak nyante. Hidungnya
kembang-kempis.
"Iya. Terus? Satu, dua, tiga..." yang ditanya tetep woles sambil ngitungin petasan pilinannya.
Kesal melihat tingkah partnernya yang masa bodoh, Pein menyingkirkan semua petasan di meja Konan.
"Sayang, kumohon lihat aku dulu..." pintanya dengan wajah sendu, tatapannya nanar kayak anak kucing minta nete.
"Apa sih? Terus kenapa kalo Deidara bikin roket?" Merasa kesibukannya diusik, Konan mulai bete.
"Roket itu bisa kita gunakan untuk mengusir mereka yang telah memporakporandakan desa kita!" kata Pein berapi-api.
(9-.-)9
Deidara disekap di sebuah gubuk di hutan yang tak terkunci, pintunya
hanya diikat dengan tali rotan yang tebal. Zetsu, dengan kemampuan
khususnya, masuk ke dalam tanah dan muncul tepat di dalam gubuk tempat
Deidara disekap. Ia lepaskan ikatan yang menjerat tubuh kawan cantiknya
itu, lalu membakar tali yang mengunci pintu gubuk tersebut. Deidara pun
bebas.
Dari hutan, Deidara menuju ke tenda terdekat untuk
memakai perlengkapan militer yang sudah disiapkan. Di sana sudah ada
Sasori yang memang menunggunya sambil beristirahat.
"1 jam 12 menit 56 detik," ujar Sasori sambil melihat ke stopwatch-nya dengan tampang bosan.
.
.
Sambil menunggu Deidara berkemas, Pein mengutus Tobi untuk pulang ke
markas mencari kunci bangsal berisi roket di kamar Deidara.
.
.
Kunci itu berada di dalam sebuah kotak yang terbuat dari kayu jati,
campur aduk tertimbun di antara kunci-kunci lain dan harta benda Deidara
yang kurang begitu berharga. Tobi langsung membuka kotak yang memang
tak dikunci itu, lalu menghubungi Deidara melalui walkie talkie-nya
untuk memastikan ciri-ciri kunci yang dimaksud.
"Dei! Ini Tobi. Gue disuruh Pein buat cari kunci bangsal di kamar lo."
"Hah? Buat apaan, un?"
"Katanya, dia mau ngeluarin roket rakitan yang lo bikin tiga tahun lalu."
"Buat ngebom mereka? Ya elah, itu roket gue bikin cuma iseng-iseng, lagian belum tentu bisa ngeluncur, un!"
"Ya apa salahnya dicoba? Udah, bawel lu. Ini perintah pimpinan!"
"Ya udah, buruan cari, un!"
"Kuning, panjang?"
"Iya iya!"
"Dari kuningan?"
"Bisa jadi bisa jadi!"
"Dari besi?"
"Tidak tidak!"
"Dari katun?"
"Tidak tidak tidak!"
"Ada rendanya?"
"Tidak!"
"Warnanya putih kekuning-kuningan?"
"Tedaaaak!"
"Ada tulisan 'Deidara, Man of Beauty'?"
"Plis, Tob. Itu kolor gue. "
"Ou, sori. Jadi yang mana? Barang-barang lo campur aduk, gue sampe lupa tujuan awal gue buka box ini apa."
"Kunci yang kuning, paling panjang, paling berat, ada ukiran huruf B di salah satu sisinya, un."
"Oh... Ada, nih. Bilang kek dari tadi!"
Tobi langsung menutup pembicaraan dan bergegas keluar membawa kunci tersebut.
(9-.-)9
Setelah beberapa menit mengganti pakaiannya menjadi seragam perang,
Deidara pun keluar dari tenda dengan gagahnya. Dia keliatan seperti
banci salon yang lagi ikutan Be a Man.
"Watch out, Israel! Here
I come! Hahahahaha –Ckrek!" katanya dengan ketawa khas pemain antagonis
yang mau ngerebut harta anak yatim.
Sementara Sasori cuma
duduk diem dengan tampang bete abis. Secara doi nungguin hampir 2 jam
karena Deidara ngotot nggak mau ditinggal waktu ganti kostum. Takut ada
yang nyulik lagi, katanya.
.
"BURUAN BENCONG NGGAK USAH FOTO-FOTO DULU NAPA." Sasori mencak-mencak.
Ooh, rupanya bunyi 'ckrek' tadi berasal dari kamera HP Deidara.
"Siap, un! Gue udah rapih! Ayok kita cabut, un!" ajak Deidara bersemangat.
"An un an un. Lo belom rapih, bihun. Reslitting celana lo kebuka." ujar Sasori sambil ngeloyor pergi menenteng senjatanya.
(9-.-)9
Pein telah memanggil semua teman-teman Akatsuki-nya untuk berkumpul di
depan bangsal, menanti kedatangan si perancang roket, Deidara. Plus Ino
yang turut berada di sana, telah mengenakan pakaian perang lengkap
(pemberian Itachi) seperti yang lainnya.
Ino sebenarnya adalah
mantan tentara medis senior, hanya saja dia terpaksa mengundurkan diri
karena harus meneruskan usaha orang tuanya di dunia perbungaan. Makanya,
Itachi sempat kaget saat melihat Ino cukup cekatan menggunakan LMG
(Light Machine Gun) M249 SAW (Squad Automatic Weapon) yang terpasang
diJeepmiliter sewaktu menuju bangsal bersama Kisame.
'Ratattatatatatatatatta!' Begitu bunyinya. Wow, cekatan sekali.
Deidara telah nampak dari kejauhan, berlari dengan Assault Rifle di
punggungnya, sambil melambai-lambaikan tangan kanan seperti Miss
Universe kebelet pup, diikuti Sasori yang berjalan menunduk sambil
facepalm.
Yang dinanti akhirnya datang, semua yang berada di
sana bersorak. Deidara langsung membuka pintu bangsal menggunakan kunci
yang diberikan Tobi.
Sebuah roket berdiameter 1,5 m, dengan
panjang 10 m dikeluarkan dari bangsal tersebut beserta peluncurnya yang
terpasang pada kendaraan artilleri berupa truk ukuran sedang. Perangkat
itu terdiri dari muatan roket (payload) yang ―semoga― mampu terbang dan
jatuh tepat pada sasaran yang telah ditentukan (homing), setelah
terlepas dan terpisah dari peluncur roket. Rudal ini berseri
DEI174-124-AJH atau bisa dibaca: 'Deidara ajah'.
"Roket ini
berbahan bakar propelan padat. Dan seinget gue, menurut perhitungan yang
gue terapin di roket ini, ni roket bisa terbang kira-kira setinggi 5
km, homing hingga jarak 15 km, dan jangkauan ledakannya lumayan sempit,
sekitar 4 km. Bisa dibilang ini mirip miniatur-nya Exocet MM38, rudalnya
Prancis." Deidara mulai menjelaskan layaknya tutor, tatapannya serius.
Yang lain cuma manggut-manggut.
"Cara kerja roket ini layaknya
proses pelepasan pesawat angkasa luar. Saat roket melakukan separasi,
payload dan motor berpisah. Dan…"
"…dan?" tanya Pein penasaran.
"…dan meskipun roket ini dilengkapi guidance waypoint system, jadi
semacem target-seeker gitu, gue nggak terlalu yakin ni roket bakal
meledak saat mengenai sasaran, hiks." Deidara pasrah.
"Penjelasannya nanti aja, Dei. Lo luncurin sekarang, soal ni roket
berfungsi apa nggak, kita liat nanti. Demi Jashin, gue yakin roket lo
pasti meledak," ujar Hidan sambil merangkul Deidara, memberi semangat.
Deidara tersenyum, "Oke. Tapi janji ya, lo semua jangan marah kalo
ternyata ni rudal sistemnya rusak trus nyungsep ke sawah-sawah."
"Siaappp," semua berujar kompak.
Deidara pun naik ke belakang truk, mengarahkan tabung peluncur ke arah laut di mana kapal-kapal para tentara Israel berlabuh.
Ia menginstruksikan kepada semua yang ada untuk menjauh dari truk
artilleri itu demi keamanan, dan siap mengoperasikan peluncur untuk
melakukan pelepasan roket. Semua diam, memandangi roket yang cukup lama
tidak menampakkan reaksi apapun.
Beberapa menit berselang,
terlihat kepulan asap keluar dari bawah roket tersebut. Asapnya yang
hitam dan bergumpal-gumpal membuat pandangan mereka kabur. Dan…
.
SYUUUUUZZZZZZZHHHHH….
Roket itu meluncur dengan sukses.
Semua orang bertepuk tangan sambil mendongak ke atas, terpukau melihat
terbangnya roket itu sampai wujudnya hilang tertutup awan, hanya jejak
asapnya saja yang terlihat.
Sekitar 3 menit menunggu, sebuah dentuman keras terdengar dari arah laut.
DDDDDHHHUUUAAAARRRRRRRRRRR…..
Deidara melompat girang lalu memeluk orang di sampingnya, Sasori. Tobi
melompat ke dalam kepompong di sampingnya, memeluk Zetsu. Pein memeluk
Konan. Hidan memeluk Kakuzu. Kisame memeluk Itachi. Itachi memeluk Ino.
Yang setelah sadar, Ino refleks menamparnya. Walaupun pelan namun
bunyinya cukup terdengar. PLAKKK!
Itachi berbalik badan lalu tersenyum nakal sambil memegangi bekas tamparan Ino, kemudian mengantongi bekas tamparan itu.
.
.
.
TAMAT
Keren akhirnya dei yg ngalahin.
BalasHapusTapi tobi kok gimana gitu sama dei
BalasHapus