Total Tayangan Halaman

463278

Senin, 04 November 2013

Sasori with Old Woman

Disclaimer: Masashi Kishimoto
Credit: Nuightmareside Ardan Fm dan Takojo FULLHOUSE-nya Kak Aya Nirwana
Di malam yang dor-dar-gelap itu (baca: mendung) seluruh anak-anak senat sibuk mondar-mandir di sebuah vila di puncak yang menjadi tempat acara puncak ospek yang diusulkan sama pacarnya ketua Senat, yaitu Ino.  Dan tersebutlah Sasori dan Deidara yang duduk di ujung kasur yang sudah tersedia seperti biasa lagi asyik bikin petasan. Dan memiliki keyakinan bahwa kesenian itu sama dengan dar-der-dor bunyi petasan. *dicekek fans Dei
Dan seperti biasa pula Sasori yang mengamati cowok berambut blonde itu dengan malas-malasan.  “Nggak bosen kamu Dei, bikin petasan mulu?”
“Heh!  Ini bukan petasan sembarangan.” Kata Deidara sambil tersenyum penuh arti.
Sasori merinding melihat senyum Deidara.  “Kok udara jadi dingin ya?”
“Jendela belum ketutup kali.” Balas Deidara melempar pandangan ke arah jendela. “tuh kaaaan.  Tutup jendela gih!”
“Enak aja kamu nyuruh-nyuruh yang tua.  Kamu aja yang tutup jendela.” Sergah Sasori.
“Nggaklah ya!  Aku juga nggak mau disuruh-suruh yang tua.” Balas Deidara menyebalkan.
“Kan aku termasuk tua di Akatsuki.”
“Muka kamu nggak keliatan tua tuh.”
“Berani kamu sama yang tua?”
“Berani lha ya!”
Sasori tertohok.  Dengan bersungut-sungut akhirnya Sasori pun mengalah dan menutup jendela.  Letak kamar yang berada di lantai dua membuat Sasori melongok ke arah bawah dan menemukan beberapa kuburan tua.
“Hiiiiiy!” cepat-cepat Sasori menutup jendela kamar.
“Liat apa kamu Sas?”
“Hiiiy, masa di vila yang bagus kek begini masih aja ada kuburan.”
“Hah?  Yang bener?”
“Beneran.  Barusan aku liat pas nutup jendela.”
Deidara menatap Sasori dengan pandangan aneh.
“Kamu nggak percaya?  Tuh liat aja.”
“Nggak. Percaya kok.” Jawabnya sambil melanjutkan aktivitasnya.
“Mandi ah.” Sasori nguibek-ngubek tasnya dan ngambil handuk.
“Lha?  Kan tadi kata kamu dingin, kok mau mandi.”
“Badan lengket.  Nggak enak kalo tidur entar.”
Deidara angkat bahu.  “Akhirnya beres juga ni petasan.  Pasti Aya bakal kaget. Hehehehehehe…..” Deidara ketawa ala psikopat.
Sambil bergidik ngeri Sasori pun melangkah keluar dan mendapati Yuuri lagi jalan sambil ngubek-ngubek tasnya.
“Eh Yuuri, baru dateng?” sapa Sasori.
“Iya nih, gue di suruh Shikamaru ke sini buat ngurus ni anak-anak ospek.  Nggak ngerti deh gue, kok Shikamaru yang hobi molor itu jadi ketua senat?”
Sasori nyengir gaje denger keluh-kesah Yuuri.  “Gue mandi dulu.” Pamit Sasori.
“Oke.” Yuuri pun berlalu.
Setelah melanjutkan perjalanan, dan melewati dapur umum akhirnya Sasori menemukan kamar mandi yang dia tuju.  Begitu membuka kamar mandi Sasori berdecak kagum saat melihat kamar mandinya yang luas dengan keramik biru yang tersebar dari lantai dan juga dinding. Walaupun tiada air, keseluruhan dari kamar mandi itu terlihat bersih.
Tapi, baru saja melangkah kan kaki kanan ke dalam, tiba-tiba Sasori merinding disko.  Bahkan cowok bermuka bayi ini mendengar suara-suara bisik-bisik tetangga yang yang nggak sudah-sudah.  Tapi, bukan Sasori namanya kalo modalin takut.  Dengan pede jaya ia pun melangkah ke dalam kamar mandi.
“Nak, siniiiii….” Suara lirih nenek-nenek membuat Sasori membeku.
Sasori dengan gemeteran menolehkan kepalanya ke kiri dan kek kanan, namun tak ada siapa pun di dalam.  Sampai tiba-tiba suara jeritan yang familiar terdengar dari lantai dua.  Cepat-cepat Sasori keluar dan melesat ke arah jeritan.
Ramai-ramai panitia dan peserta ospek berkerumun di suatu kamar.  Sasori yang melihat Aya dan Anin yang berlari keluar ruangan nyegat mereka berdua.
“Eh ada apa nih?  Ada apa?”
“Yuuri!”Anin loncat-loncat bolak-balik dengan panik.
“Yuuri kenapa?” Sasori dan Aya juga ikutan loncat bolak-balik.
“KESURUPAAAAAAN!” setelah menjawab itu, Aya dan Anin melesat dan Gaara pun ikut keluar.
“Gaara, mau kemana?” Sasori nyegat Gaara.  Gaara mondar-mandir nggak jelas.
“Nyusul Anin sama Aya buat manggil penjaga vila.” Gaara pun melesat bersama angin.
Sasori pun akhirnya masuk dan mendapati Yuuri teriak-teriak sambil dipegangin Kakashi, Itachi, Sasuke, dan Naruto.  Tapi yang lebih tragis adalah nasib Neji yang rambutnya dijenggutin Yuuri yang lagi ngamuk.
“Sasori, bantuin!” Itachi yang udah kewalahan megangin Yuuri kasih muka melas.  Sasori buru-buru menghampiri Yuuri, tapi Yuuri malah menodong Sasori dengan telunjuknya dan tertawa.
“Kamu!  Hahahahahaha….”
Semua menbatap Sasori heran sampai akhirnya, penjaga vila pun dating bersama Aya, Anin dan Gaara yang sekarang loncat-loncat barengan.
Sejam kemudian, Yuuri pun berhasil ditenangkan dan dalam keadaan pingsan.  Setelah itu semua panitia senat pun berkumpul untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya tengah terjadi.
“Jadi, sebenernya ada apa ya Pak?” Tanya Shikamaru selaku Ketua Senat.
“Hmmm…. Mungkin ada beberapa dari kalian yang melanggar salah satu pantangan di vila ini.”
“Hah?” yang lain terbengong-bengong.  Sedangkan Naruto nyengir dengan rasa bersalah.
“Maaf ya?  Aku lupa kasih tau kalian.” Seketika Anin cs nimpuk Naruto.
“Ehem…” Shikamaru mencoba menguasai keadaan.  “Yak, silahkan lanjutkan Pak.”
“Pantangannya ada dua, yaitu tidak boleh masuk kamar mandi luas yang ada di kamar mandi sebelah dapur…”
Sasori tiba-tiba merinding disko.
“dan tidak boleh bercermin pada malam hari.  Kayaknya Neng ini (nunjuk Yuuri yang lagi tepar di tempat tidur), bercermin malam-malam.”
Semua saling pandang dengan bingung.  Akhirnya dengan permintaan Shikamaru dan bujukan Kakashi ke dosen pembimbing acara itu pun dihentikan.
*Ghost Story*
Sasori yang sedang enak-enak tertidur tiba-tiba didatangi seorang nenek-nenek yang nyengir lebar.  Sasori bergidik ngeri sampai tiba-tiba nenek itu menjulurkan lidahnya yang panjang sampai bawah, begitu melihat ke bawah, Sasori menyadari bahwa nenek itu tidak berkaki.
“HWAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”
“Sas, bangun oi!  Bangun!”
“HWAAAAAAAAA!”
“SASORIIII!!!” teriakan Dediara akhirnya membangunkan Sasori.
“Berisik!”
“Kamu yang berisik!  Ngapain coba merem-merem kek tidur tapi teriak-teriak?”
Sasori manyun, dengan sebel ia pun bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar kost-kostan.  Sejak dari vila itu, entah kenapa Sasori hampir setiap hari mimpiin tu nenek-nenek, entah itu siang ataupun malam ditambah lagi pegel di betis Sasori nggak ilang-ilang gara-gara kegiatan itu.  Dan sejak dari vila itu juga, Yuuri belum balik lagi ke kost-kostan karena ia masih di rawat oleh keluarganya.  Dan
Sasori yang tengah melewati ruang tengah yang masih didominasi cowok-cowok yang nonton bola berlalu ke dapur untuk mengambil minum sampai tiba-tiba seseorang membuat Sasori kaget.
“Yuuri!”
 “Eh, Sasori!” Yuuri nyengir.
“Kamu udah balik ke kost-kostan ini?”
“Udah, dari tadi jam Sembilan.  Kamu sih ngurung diri di kamar terus.”
“Ehehehehe….” Sambil garuk-garuk kepala, Sasori nyengir kuda.  “Tapi kamu nggak apa-apa kan?”
“Nggak apa-apa sih… tapi sejak itu aku jadi bias ngeliat hal-hal yang nggak bias diliat orang lain, awalnya sih ngeri-ngeri gitu, tapi sekarang udah biasa lagi.”
“Oya?”  Sasori merasakan firasat buruk.
“Iya.  Eh, lo masuk kamar mandi yang disebelah dapur ya?”
Sasori melotot.  “Eh?  Lo kok tau?”
“Taulaaaah…” Yuuri tersenyum bangga.   “Nenek-nenek yang nemplok di kaki lo itu yang kasih tau gue.”
Sasori melirik kebawah kakinya dan matanya tiba-tiba menatap si nenek-nenek yang nemplok dibetisnya itu nyengir lebar dengan gigi ompongnya.    “HWAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”
FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar