Hantu kelima adalah...
Drakula adalah hantu yang sangat terkenal dunia. Mereka adalah setan pemakan darah.
Apa yang terjadi bila Drakula berada di markas Akatsuki?
"Drakula?" tanya Sasori heran.
"Iya! Katanya sih, mereka minum darah, kulit mereka pucat, udah gitu mereka juga punya taring!" tambah Kisame semangat.
'Minum darah? Kulit pucat? Bertaring?' pikir Sasori tambah heran sambil memasang pose berpikir. 'Kok gue jadi inget Hidan, Orochimaru, sama Si Jinchuuriki Kyuubi itu ya?'
"Gimana?" tanya Kisame. "Pingin liat nggak, ne?"
"Nggak. Gue udah bisa bayangin." jawab Sasori. Yang dibayangkan Sasori
adalah seorang dengan kulit pucat, rambutnya panjang berwarna perak,
mulutnya belepotan darah, mempunyai 3 pasang kumis, dan bertaring.
Sasori pun berjalan keluar meninggalkan Kisame dengan gemetar. Bukan
karena ketakutan, tapi karena nahan tawa. 'Gue bakal sakit perut nih...'
"Hah? Tuh anak kenapa sih?" gumam Kisame heran.
.
"Sasori!" panggil Itachi.
"Apa, Ita—!" Sasori menoleh ke Itachi dan langsung pucat seketika.
"Gyaa! Ada hantu Michael Jackson!" Sasori menunjuk-nunjuk makhluk
tersebut.
"Sasori bego..." sahutnya. "Ini gue, Itachi!" makhluk tersebut melepas wig-nya.
"Huff..." Sasori mengelus-elus dadanya. "Hari ini ada apa sih?"
tanyanya jengkel. "Tadi gue ketemu Hidan jadi setan pencabut nyawa, Dei
jadi Rapunzel—yang kemungkinan besar didandanin Konan, Tobi jadi
pahlawan bertopeng, Leader-sama dan Konan-san jadi Si Jinchuuriki Kyuubi
dan cewek Hyuuga itu, Zetsu-san jadi bunga bangkai, trus lu jadi
Jacko!" gerundelnya. "Berikutnya apa! Kakuzu jadi Hatake Kakashi!"
"Hah..." Itachi menghela nafas. "Lu beneran bego ya?" tanyanya bermaksud mengejek Sasori. "Ini 'kan Halloween!"
"Heh?" Sasori cengo sesaat, lalu langsung melihat kalender, tanggal 31
Oktober. Dan tanggal itu pun dihiasi dengan gambar Jack'o Lantern,
hantu-hantu, de es be. "Hoh..." Sasori manggut-manggut.
"Ngapain lu masih di sini?" tanya Itachi sambil menunjuk Sasori.
"Berdiri." jawab Sasori singkat. "Lu sendiri juga liat 'kan kalo gue
lagi berdiri?" Sasori bergaya dengan sok-nya di depan Itachi. "Apa lu
rabun?"
BLETAK!
Itachi menjitak Sasori karena sebal.
"Sembarangan lu!" serunya. "Maksud gue, lu nggak ikutan apa? Ganti
kostum 'kek, dekorasi markas 'kek, Mati 'kek, terserah lu deh!"
tambahnya kesal.
"Osh!" respon Sasori semangat. "Gue bakal ikutan!" Sasori pun lari meninggalkan Itachi dengan kecepatan cahaya.
"..." Itachi swt.
.
Kamar SasoDei –Author dikugutsu- Err... Kamar Sasori, Tobi, dan Deidara...
Tampak Sasori yang sedang sibuk mengacak-acak lemari bajunya. Padahal
isi bajunya sama semua; beberapa stel jubah Akatsuki. Entah apa yang
dicarinya...
"Ketemu!" seru Sasori senang saat menemukan kostum yang
dicarinya. Sasori pun mengeluarkan kostum tersebut dari dalam lemari
bajunya dengan mendramatisir mode. (BGM: We Are The Champion)
CRAT!
"..." mata Sasori langsung membulat saat melihat kostumnya—yang terkena noda tanah liat.
"Katsu!"
DHUAAR!
"Uwaaa!" Sasori langsung melepaskan kostum tersebut dari tangannya dan buru-buru mundur 100 langkah.
"Yes! Kena—eh?" Dei yang tadinya teriak seneng langsung cengo melihat
lemparan kibaku nendo-nya salah sasaran. "Cih! Kirain Tobi kena, un!"
"Dei... dara..." ujar Sasori pelan, tapi nadanya mematikan. Seakan dia ingin membunuh partnernya.
"Un?" Dei dengan wajah pucat dan bercucuran keringat dingin menoleh ke
Sasori pelan-pelan. Senyumnya pun dibuat agar tetap terlihat wajar.
"O-oh... Da-Danna, un... A-apa k-ka-kabar, un?" tanya Dei terbata-bata.
"Wahahahaha! Tobi menang!" seru Tobi—yang tiba-tiba muncul dari balik
jendela, norak sembari tertawa dan bergaya ala Pahlawan Bertopeng.
"Lihat 'kan? Pahlawan Tobi Bertopeng menang dari Setan Rapunzel
Gadungan!" Tobi menunjuk Dei dengan nistanya.
Pik!
Beberapa aksen marah nongol di kepala Deidara. Dan tentu saja Dei langsung lupa sama Sasori.
"Tobiiii! Gue bunuh lu!" Dei langsung mengejar Tobi yang sudah berlari ketakutan.
"Ugyaaa! Gomen, Senpaaai!"
"Cih! Liat aja lu, Dei!" gerundel Sasori sebal sambil memandangi kostum
kelinci paskah-nya yang hancur. "Kalo lu balik nanti, gue bunuh lu!"
sumpahnya.
BRAK!
"Astajim kodok!" Sasori latah. Dia pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa pelakunya. "Hidan!"
"Dei-chaaan!" panggil Hidan nepsong tanpa mempedulikan Sasori. Di
tangan kanannya terdapat sebuah kamera—yang sepertinya ingin dipakai
untuk memotret Dei dengan gaun Rapunzel-nya. "Dei-chan! Di mana dikau!"
tanyanya sembari meloncat keluar jendela. Nggak bahaya kok, wong itu di
lantai 1.
"..." Sasori swt. Dia pun segera menggeleng-gelengkan
kepalanya untuk kembali ke alam sadar. 'Gue nggak boleh bengong terus!
Gue harus mikir; kira-kira kostum apa lagi yang gue punya!' batinnnya
panik sembari melihat-lihat ke sekelilingnya. Tiba-tiba, sebuah lampu
bohlam muncul di atas kepala Sasori, tapi sinarnya redup—pertanda bahwa
idenya ngelantur.
.
Pesta pun dimulai. Dan beberapa anggota
Akatsuki sudah tampak di ruang pesta. Ada yang sibuk kejar-kejaran,
mencomot makanan diam-diam, berbincang-bincang, de es be.
"Sasori no Danna mana, un?" tanya Dei.
"Tau, udah mati kali," jawab Hidan asal sembari meneguk minumannya.
"Jangan bilang kalo Sasori no Danna mati, un!" seru Dei sembari menjambak rambut Hidan.
"Wadauw! Sakit tau!" jerit Hidan.
"Makanya jangan bilang gitu, un!" balas Dei.
BRAK!
"Yosh! 'Met malem, minna!" sapa Sasori yang baru saja mendobrak pintu masuk.
"Pintunya!" tangis Kakuzu dramatis saat melihat pintu masuknya rusak dan jebol.
"Ehehe... Sori deh..." Sasori senyum (sok) inosen. "Baidewei, sori gue telat."
"Sa... sori-kun?" Konan menunjuk kostum Sasori dengan heran.
"Hn? Apa?"
"Itu—Kostum lu... Kalajengking?" Konan mulai swt.
"Bukan, menangjengking." jawab Sasori.
"Ha?" Konan makin swt.
"Danna, un!" Dei melambai-lambaikan tangannya.
"Siapa yang ngundang Barbie ke sini?" tanya Sasori seraya menunjuk Dei.
"Danna! Ini gue, Deidara, un!" tegas Dei kesal karena dibilang Barbie.
"Deidara yang gue kenal itu Deidara-Hermafrodit, bukan Deidara-Cewek-Tulen." Sasori membuang mukanya dari hadapan Dei.
JLEB!
Dei langsung pundung di pojokan.
"Danna jahat, un... Danna ngeselin, un... Gue benci Danna, un..." gerundelnya.
"Cup cup cup... Senpai jangan nangis dong... Nanti Tobi beliin lolipop deh..." hibur Tobi sambil menepuk-nepuk pundak Dei.
"Oya, ada yang liat Kisame, nggak?" tanya Pein sambil melihat-lihat ke kiri-kanan dengan teropong yang dipakai terbalik.
"Bener juga ya..." Itachi manggut-manggut. "Dari tadi dia nggak keliatan..."
"Kecebur ke got kali..." jawab Zetsu hitam. "Hush! Jangan sembarangan ngomong!" omel Zetsu.
"Mungkin gantung diri, gara-gara nggak bisa lunasin hutangnya," timpal Kakuzu yang berkostum seperti Hatake Kakashi.
"Kalian ini... Jangan sumpahin teman sendiri dong..." Konan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sasori!" Pein memanggil Sasori yang baru saja hendak mencomot sepotong kue.
"Kenapa, Leader-sama?" tanya Sasori kesal karena gagal mencomot kue.
"Cariin Si Kisame gih!" perintah Pein seenak jidat. "Jangan-jangan tuh
anak nyasar lagi. Udah sono, cariin! Hush hush!" Pein mengusir Sasori
layaknya mengusir anak anjing. Tentu saja Sasori kesal, dia pingin
protes. Tapi nggak berani, bisa-bisa dia dijadikan tubuh baru Si Leader
ber-piercings tersebut deh...
BLAM!
Sasori membanting pintu dan meninggalkan ruangan pesta nan terang tersebut.
"Sasori! Jangan banting pintunya!" omel Kakuzu.
.
"..." Sasori berjalan menyusuri lorong-lorong nan gelap. Dalam hatinya,
dia menyesal, 'Kenapa tadi gue nggak minta Dei nemenin gue! Aduh,
Sasori bego!'
Sasori yang biasanya cuek bebek tanpa emosi, kali ini malah ketakutan. Wah, bisa masuk rekor nih...
Ya iyalah Sasori ketakutan! Bayangin aja, orang mana yang nggak takut
jalan di lorong gelap saat malam Halloween, tanpa senter, tanpa cahaya
sedikit pun, dan tidak ada yang menemaninya? Oke, Tobi Si Anak Autis
tidak masuk hitungan. Ditambah lagi, markas Akatsuki butut dan tadi
siang Sasori mendengar cerita hantu dari Kisame. Kalau saja Sasori bukan
boneka, pasti saat ini dia sudah pingsan di tempat.
"Kok feeling
gue nggak enak ya?" gumam Sasori heran. Benar saja, saat itu entah
kenapa Sasori merinding sendiri. Padahal semua jendela dan pintu sudah
ditutup.
"Oi."
Sebuah suara serak-cempreng memanggil Sasori.
Sasori yang merasa mengenal suara itu pun menoleh ke belakangnya. "Oh,
Kisa—! Huwaa! Drakula!" teriak Sasori histeris. Dia segera merogoh
kantong celananya. "Makan nih!" Sasori menyumpalkan sesuatu yang tadi
diambilnya ke mulut Drakula tersebut. Sasori pun segera berlari
meninggalkan drakula tersebut.
'Untung gue selalu bawa bawang putih!'
"Loh?" Sasori—yang masih berlari, merasa heran ketika merogoh
kantongnya yang satu lagi. "Bawang putihnya kok... di sini?" tanya
Sasori heran. "Gawat! Jangan-jangan yang tadi gue sumpelin itu bawang
bombay!"
"Sasori..." panggil Si Drakula yang tiba-tiba ada di depannya.
"Huwaaa!" teriak Sasori syok. 'Se-sejak kapan.. Dia ada di depan gue!' pikirnya.
"Jangan hisap darah gue!" pinta Sasori seraya bersujud di kaki bau Si
Drakula. "Gue bakal lakuin apa aja, asal jangan hisap darah gue!"
"Woi, Bonsai!" Drakula berkulit biru tersebut menendang kepala Sasori.
"Aduh!" jerit Sasori. "Apa'an sih! Drakula sialan!"
"Heh, Bego. Denger ya, ini gue, Hoshigaki Kisame!" ujar Drakula (yang
ternyata Kisame) kesal. "Lagian, lu 'kan boneka! Jadi mana mungkin ada
Drakula yang bisa hisap darah lu, Tolol!"
"Ha? Kisame?" Sasori
merasa malu karena udah teriak-teriak GaJe. 'Bener juga ya... Gue 'kan
boneka... Mana ada drakula yang bisa hisap darah gue?'pikirnya sambil
memiringkan kepalanya sebentar. "Ah, bener juga ya! Hahaha..." Sasori
tertawa garing.
"..." Kisame swt.
"Eh, tunggu dulu deh!" Sasori teringat sesuatu.
"Apa?"
"Kalo lu di depan gue, yang di belakang gue tadi siapa dong?" tanya Sasori heran.
"Hah? Mana gue tau..." jawab Kisame.
"..." mereka terdiam sebentar, berpikir. Saat itu juga, terdengar suara langkah kaki yang mendekati mereka.
Tap tap tap...
BRAK!
Tiba-tiba saja, sebuah jendela terbuka akibat tiupan kencang Sang
Angin. Udara dingin pun masuk dan menusuk tulang. Saat itu juga, mereka
mendengar suara lolongan serigala.
Tap tap tap...
"... Jangan-jangan..." Sasori dan Kisame merinding. Mereka pun menoleh ke belakang mereka pelan-pelan.
"Baaa!" teriak si pemilik suara langkah kaki tadi—Sang Drakula asli.
Sesuai dengan cerita Kisame, drakula tersebut berkulit pucat, mulutnya
belepotan darah, dan bertaring.
"Gyaaa!"
GUBRAK!
Sasori dan Kisame langsung tepar.
Keesokan harinya di Konoha News, ada sebuah berita tentang ditemukannya
dua orang makhluk aneh bin ajaib di sebuah gua butut; yang satu
berkulit pucat seperti hiu, tapi memakai kostum drakula. Dan yang
satunya lagi berambut merah dan memakai kostum kalajengking.
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar